Minggu, 05 Januari 2014

Tim Ekspedisi Mata Kaki Bara Rimba Berhasil Mendaki Tiga Gunung di Jawa Barat


        
 
Tim ekspedisi Bara Rimba saat mencapai puncak pertamanya di Gunung Ceremai Kabupaten Kuningan dengan ketinggian 3.078 Mdpl
Para pecinta alam dari Komunitas Bara Rimba pada etape pertama berhasil mendaki tiga puncak gunung di Jawa Barat, yakni Gunung  Ceremai di Kabupaten Kuningan dengan ketinggian 3.078 Mdpl, Gunung Cikuray di Kabupaten Garut dengan ketinggian 2.821 Mdpl, juga gunung Papandayan dengan ketinggian 2.665 Mdpl. Ekspedisi etape pertama ini  menghabiskan waktu kurang lebih 10 hari dari tanggal 24 Desember 2013 hingga  04 Januari 2014. Sementara eksepdisi selanjutnya tengah dalam persiapan menuju empat gunung lainnya di Jawa Barat.

Manajer Ekspedisi Bara Rimba, Arip Munawir S.T, mengungkapkan, Pada tanggal 24 desember 2013 tim ekspedisi melaksanakan aklimatisasi atau penyesuaian suhu tubuh di lembah gunung Sawal Kabupaten Ciamis hingga tanggal 25 desember 2013. Kemudian seluruh tim ekspedisi memohon do’a dan restu ke semua orang yang telah mendukung ekspedisi ini.
Arip menyebutkan, pada tanggal 26 desember 2013 team ekspedisi mendaki gunung Ceremai Kabupaten Kuningan sebagai puncak pertama dari jalur Palutungan. Di tengah pendakian gunung Ceremai, tim ekspedisi terhambat badai di Pos Pasanggrahan pada ketinggian 2.000 Mdpl dengan suhu mencapai 17 derajat celcius. Baru bisa di teruskan pagi harinya tanggal 28 desember 2013 hingga mencapai puncak gunung Ceremai dengan cuaca yang cerah.

Setelah istirahat selama sehari semalam, tim ekspedisi melanjutkan pendakian ke puncak kedua gunung Cikuray Kabupaten Garut pada tanggal 30 desember 2013. Lewat jalur Pamancar Cilawu, tim ekspedisi begitu tiba di sambut kabut dan gerimis ringan sampai mencapai puncak pada tanggal 31 desember 2013. 

Puncak Cikuray di selimuti kabut dan dinginnya gerimis sepanjang pergantian tahun, namun kemeriahan para pendaki yang menyanyikan lagu Indonesia Raya memberikan kehangatan dan semangat. Kemudian tanggal 01 januari 2014 malam, tim ekspedisi berisitirahat di Bayongbong,  Kabupaten Garut untuk melaksanakan pendakian ke puncak ketiga gunung Papandayan esok harinya.

Arip juga mengungkapkan, Gunung Papandayan sebagai puncak ketiga atau terakhir dalam Etape satu ekspedisi mata kaki bercuaca cerah, namun berangin cukup ekstream. Tanggal 03 januari 2014 tim ekspedisi mendaki melalui jalur Tegal Alun, tapi di tengah punggung puncak Papandayan terjadi longsor, sehingga puncak Papandayan terisolir untuk di capai para pendaki. Hingga akhirnya pada tanggal 04 januari 2014, tim ekspedisi turun dari gunung Papandayan dan kembali menuju Kabupaten Karawang.

“Hasil survey dan penelitian menunjukkan karakteristik jalur pendakian dan prilaku pendaki dalam membuang sampah sangat berperan besar. Jalur Palutungan sebagai jalur termudah pendakian gunung Ceremai dengan rata-rata pendaki seharinya mencapai 100 pendaki, terdapat buangan sampah di jalur itu terdata mencapai 1 meter kubik. Hal ini berbanding terbalik dengan jalur Linggar Jati yang buangan sampah di jalurnya bisa mencapai 10 – 17 meter kubik.
Team ekspedisi menyimpulkan semakin ekstream dan curam sebuah jalur pendakian, maka semakin besar buangan sampahnya dan semakin sedikit kepedulian pendaki untuk membawa turun buangan sampahnya,” ujar Arip.

Hal sama juga di temukan untuk studi kasus di gunung Cikuray. Perbandingan antara jalur Pamancar yang di lewati  200 pendaki per harinya dengan jalur Bayongbong menunjukkan kalau karakteristik jalur pendakian dengan prilaku pendaki dalam membuang sampah ikut andil besar.
Jalur Bayongbong yang berjalur lebih pendek di banding jalur Pamancar, namun memiliki karakteristik jalur yang curam ternyata memiliki buangan sampah yang lebih besar di jalur itu. Hal ini mungkin harus menjadi catatan bagi ranger, volunteer dan pengelola  untuk menyediakan trash bag atau karung sampah untuk pendaki. Seperti yang di temukan di gunung Papandayan, dimana para pendaki di beri karung sampah yang harus di isi sampah buangan pendaki dan di setorkan kepada para volunteer.

Ditulis Oleh : Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai Citarum

0 komentar:

Posting Komentar