Tim ekspedisi Bara Rimba saat mencapai puncak pertamanya di Gunung Ceremai Kabupaten Kuningan dengan ketinggian 3.078 Mdpl |
Para
pecinta alam dari Komunitas Bara Rimba pada etape pertama berhasil mendaki tiga
puncak gunung di Jawa Barat, yakni Gunung
Ceremai di Kabupaten Kuningan dengan ketinggian 3.078 Mdpl, Gunung
Cikuray di Kabupaten Garut dengan ketinggian 2.821 Mdpl, juga gunung Papandayan
dengan ketinggian 2.665 Mdpl. Ekspedisi etape pertama ini menghabiskan waktu kurang lebih 10 hari dari
tanggal 24 Desember 2013 hingga 04
Januari 2014. Sementara eksepdisi selanjutnya tengah dalam persiapan menuju empat
gunung lainnya di Jawa Barat.
Manajer Ekspedisi
Bara Rimba, Arip Munawir S.T, mengungkapkan, Pada tanggal 24 desember 2013 tim
ekspedisi melaksanakan aklimatisasi atau penyesuaian suhu tubuh di lembah
gunung Sawal Kabupaten Ciamis hingga tanggal 25 desember 2013. Kemudian seluruh
tim ekspedisi memohon do’a dan restu ke semua orang yang telah mendukung
ekspedisi ini.
Arip
menyebutkan, pada tanggal 26 desember 2013 team ekspedisi mendaki gunung
Ceremai Kabupaten Kuningan sebagai puncak pertama dari jalur Palutungan. Di
tengah pendakian gunung Ceremai, tim ekspedisi terhambat badai di Pos
Pasanggrahan pada ketinggian 2.000 Mdpl dengan suhu mencapai 17 derajat
celcius. Baru bisa di teruskan pagi harinya tanggal 28 desember 2013 hingga
mencapai puncak gunung Ceremai dengan cuaca yang cerah.
Setelah
istirahat selama sehari semalam, tim ekspedisi melanjutkan pendakian ke puncak
kedua gunung Cikuray Kabupaten Garut pada tanggal 30 desember 2013. Lewat jalur
Pamancar Cilawu, tim ekspedisi begitu tiba di sambut kabut dan gerimis ringan
sampai mencapai puncak pada tanggal 31 desember 2013.
Puncak
Cikuray di selimuti kabut dan dinginnya gerimis sepanjang pergantian tahun,
namun kemeriahan para pendaki yang menyanyikan lagu Indonesia Raya memberikan
kehangatan dan semangat. Kemudian tanggal 01 januari 2014 malam, tim ekspedisi
berisitirahat di Bayongbong, Kabupaten
Garut untuk melaksanakan pendakian ke puncak ketiga gunung Papandayan esok
harinya.
Arip juga
mengungkapkan, Gunung Papandayan sebagai puncak ketiga atau terakhir dalam
Etape satu ekspedisi mata kaki bercuaca cerah, namun berangin cukup ekstream.
Tanggal 03 januari 2014 tim ekspedisi mendaki melalui jalur Tegal Alun, tapi di
tengah punggung puncak Papandayan terjadi longsor, sehingga puncak Papandayan
terisolir untuk di capai para pendaki. Hingga akhirnya pada tanggal 04 januari
2014, tim ekspedisi turun dari gunung Papandayan dan kembali menuju Kabupaten
Karawang.
“Hasil
survey dan penelitian menunjukkan karakteristik jalur pendakian dan prilaku pendaki
dalam membuang sampah sangat berperan besar. Jalur Palutungan sebagai jalur
termudah pendakian gunung Ceremai dengan rata-rata pendaki seharinya mencapai 100
pendaki, terdapat buangan sampah di jalur itu terdata mencapai 1 meter kubik.
Hal ini berbanding terbalik dengan jalur Linggar Jati yang buangan sampah di
jalurnya bisa mencapai 10 – 17 meter kubik.
Team
ekspedisi menyimpulkan semakin ekstream dan curam sebuah jalur pendakian, maka
semakin besar buangan sampahnya dan semakin sedikit kepedulian pendaki untuk
membawa turun buangan sampahnya,” ujar Arip.
Hal sama
juga di temukan untuk studi kasus di gunung Cikuray. Perbandingan antara jalur
Pamancar yang di lewati 200 pendaki per
harinya dengan jalur Bayongbong menunjukkan kalau karakteristik jalur pendakian
dengan prilaku pendaki dalam membuang sampah ikut andil besar.
Jalur
Bayongbong yang berjalur lebih pendek di banding jalur Pamancar, namun memiliki
karakteristik jalur yang curam ternyata memiliki buangan sampah yang lebih
besar di jalur itu. Hal ini mungkin harus menjadi catatan bagi ranger,
volunteer dan pengelola untuk
menyediakan trash bag atau karung sampah untuk pendaki. Seperti yang di temukan
di gunung Papandayan, dimana para pendaki di beri karung sampah yang harus di
isi sampah buangan pendaki dan di setorkan kepada para volunteer.
Ditulis Oleh : Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai Citarum
0 komentar:
Posting Komentar